Menipu Puasa

ilustrasi/net

Ramadhan Jadul Oce Satria

Cara termudah mengakali haus yang menjadi-jadi adalah dengan menipu.
Itulah kelakuan kami zaman jahiliyah dulu. Menipu puasa. Selalu ada cara dan trik untuk sekadar melepas dahaga. Memang puasa itu tantangannya bukan lapar, tapi haus.
Maka dicarilah akal bagaimana mendapatkan segelas air tanpa ketahuan. Dan itu tak mudah, karena di rumah kondisinya selalu tak memungkinkan. Rasa-rasa ketahuan saja. Padahal aman-aman saja. Mungkin itu psikologi penjahat saat melakukan tindak pidananya. Antara rasa bersalah dan berasa ada intel di mana-mana. Maka dicarilah tempat-tempat ngumpet sambil minum .
Sialnya, memang ada saja Abu Jahalnya kalau mau berbuat dosa. Ada saja teman yang ngajak dan memprovokasi.
Cara lain menipu orangtua adalah dengan mencari bunga kembang sepatu. Nah di tampuk bunga itu ada setetes air yang rasanya manis. Sekali sedot rasanya membuat badan bertenaga lagi.
Tapi meski, sering mencari akal bagaimana membatalkan puasa secara diam-diam, usai melakukan itu selalu muncul rasa sesal. Soalnya, yang bisa dilakukan ya, hanya sekali teguk itu doang. Untuk melanjutkan makan nasi atau lainnya, susah nyari peluangnya.
Tapi akal bulus selalu menemukan pintu masuknya saat bulan puasa. Kalau perut terasa sakit sedikit saja, erangannya alahurabi. Didramatisir supaya keliatan sakit beneran. Itu salah satu alasan untuk membatalkan puasa, karena harus minum obat, lalu bebas makan.
Dulu, saat berpuasa lalu sakit kepala, sakit perut, demam, malah senang. Mayan, bisa minum dan makan bebas.

27Maret2023
Redaksi TNCMedia

Support media ini via Bank Rakyat Indonesia (BRI)- 701001002365501 atau melalui Bank OCBC NISP - 669810000697

Posting Komentar

Silakan Berkomentar di Sini:

Lebih baru Lebih lama