Kartu Lebaran: Berawal Zaman Belanda Berakhir di Era Medsos

Karyawan Toko Gramedia memperlihatkan salah satu bentuk kartu lebaran. [sripoku]


KAPAN kartu lebaran pertama kali muncul di Indonesia? Zaman Hindia Belanda, kartu lebaran pertama muncul di tahun 1918. Dibuat oleh perusahaan mesin jahit terkenal Singer.

Sedangkan menurut sejarawan JJ Rizal dalam “Menemukan Makna Tradisi Lebaran”, Tempo, 5 November 2006, kartu lebaran kali pertama beredar pada 1927. Kartu-kartu lebaran yang muncul di awal-awal kelahiran Indonesia sempat bermuatan politis, menjadi wadah propaganda berbagai macam bentuk dengan sisipan ucapan selamat Hari Raya tadi.

Bagaimana sekarang?

Bagi kita yang sudah paham nikmat dan mudahnya kehidupan serba digital, mengirim kartu lebaran nampak hanya menjadi kenangan di masa lalu. 

Dulu, saat Ramadhan akan berakhir, semua orang pasti menyisihkan dana tersendiri untuk membeli kartu-kartu lebaran ini. Bukan hanya dana, tapi juga menyisihkan waktu untuk menulis semua kartu-kartu ucapan itu.

Beberapa perusahaan bahkan mencetak kartu mereka sendiri, lengkap dengan logo perusahaan. Meski tidak ditulis tangan, sepenuhnya hasil mesin cetak, tapi semua yang dipersonalisasi itu masih memberikan identitas khas pengirim. Tentu berbeda dengan kartu-kartu lebaran yang dijual bebas. Yang memberikan personalisasi pastinya tulisan tangan masing-masing pengirim.

Kartu lebaran sendiri nampaknya memang hanya ada di Indonesia. Karena dianggap bukan tradisi Islam, kebiasaan mengirim kartu ucapan selamat lebaran sempat dilarang. Kartu lebaran hanya dikirim bila orang yang dituju tidak tinggal dekat dengan si pengirim. 

Sebagian dari kita masih mempertahankan kebiasaan ini. Sisanya? Menyerah pada semua serbuan media sosial. Bukan masalah benar atau salah. Hidup terus berevolusi.     

“Saya masih mengirim kartu ucapan selamat lebaran. Sebisa mungkin mengurangi ucapan lewat media sosial. Yang dikirimi selalu mengatakan bahwa kartu-kartu ucapan itu berarti sekali bagi mereka, mereka menghargainya. Menulis di kartu lebaran rasanya beda lah, dibandingkan dengan mengucapkan lewat aplikasi media sosial,” cerita Sastri seorang travel writer.

Ucita Pohan, seorang penyiar radio gaya hidup seperti dikutip Fimela mengatakan, “Kartu lebaran masih berguna sebagai greeting card saat kita mengirim bingkisan. Mengirim kartu lebaran tapi nggak ada bingkisan rasanya aneh. Saya sih sekarang seringnya membuat kartu ucapan seperti e-card gitu. Aplikasi di handphone sekarang banyak yang bisa membantu membuat kartu ucapan. Trus, saya kirim deh ke teman-teman secara pribadi. Lebih cepat sampai ke tujuan dan yang jelas bisa lebih kreatif dengan desain sendiri,” jelas Ucita.

Beberapa orang juga masih mengirimkan kartu lebaran ke teman-teman dekat. Bagi mereka, ucapan yang hadir dalam fisik kartu lebaran tadi terasa lebih bermakna. Lebih personal. Lebih hangat.

Kartu-kartu ucapan Hari Raya, bagi sebagian orang tidak hanya sekadar ucapan selamat untuk sebuah perayaan. Berbeda dengan lebaran, kaum Nasrani yang merayakan Natal biasanya menjadikan kartu-kartu ucapan selamat Natal sebagai bagian dari hiasan di pohon Natal itu sendiri. Untuk Lebaran, kita belum melihat cara-cara seperti itu.

Mungkin suatu hari, seperti fashion dan trend yang terus berputar dan akan kembali, kita akan kembali menulis di atas kartu-kartu ucapan itu. Menyambut Hari Raya, mengirimkan ucapan selamat lewat tulisan-tulisan tangan bagi kerabat. Dekat maupun jauh



Sumber fimela.com
Redaksi TNCMedia

Support media ini via Bank Rakyat Indonesia (BRI)- 701001002365501 atau melalui Bank OCBC NISP - 669810000697

Posting Komentar

Silakan Berkomentar di Sini:

Lebih baru Lebih lama