Kalau Chattingan di Facebook Jadi Media Cuci Otak

Bermula dari ditemukannya Laila Febriani, ibu muda yang juga seorang CPNS Kementerian Perhubungan oleh petugas keamanan di Masjid Atta'awun, Puncak, Bogor, pada Jumat 8 April 2011. Saat itu ia linglung dan tidak ingat di mana rumah dan asal usulnya. Hanya ia menyebut dirinya Maryam, wajahnya ditutupi cadar. Kini Laila masih menjalani terapi rukiyah dan psikiatri.

Perempuan itu adalah salah satu korban metode cuci otak kelompok NII KW9 lewat media sosial, facebook. Kelompok NII KW9 mulai melakukan penjaringan korbannya melalui pendekatan di facebook dan media-media sosial lainnya.

Terbukti dalam metode lain mereka sukses menjerat korban dan bergabung dalam kegiatan bawah tanah tersebut. Pendekatan dilakukan melalui perkenalan, mengajak diskusi dan selanjutnya bertemu untuk memperdalam diskusi.

Biasanya calon korban diapresiasi lebih dulu, entah itu pekerjaan ataupun pikiran-pikiran yang sudah pernah dilontarkan dalam perbincangan sebelumnya. Jika kita kurang hati-hati dan terlena oleh apresiasi, pujian maupun pertanyaan-pertanyaan “menakjubkan” dari mereka, maka besar kemungkinan kita akan semakin jauh masuk perangkapnya.

Sebaiknya anda waspada bila ada sesorang yang baru anda kenal, mendadak dengan serius mengajak anda diskusi mengenai kondisi Negara, pemerintahan maupun politik. Lebih baik diskusi tersebut tidak dilayani. Kalaupun tetap ingin berdiskusi, biarkan itu tetap berada di media facebook, jangan pernah mau bila mereka mulai membawa diskusi ke chatting apalagi kopi darat.

Dengan adanya kasus Laila Febrianti yang diekspose media massa, sertidaknya membukakan mata kita bahwa dengan modus yang sama tetapi selalu ada varian-varian baru dalam cara mendekati calon korban. Jadi bisa lebih waspada jika tiba-tiba menjadi target para pencuci otak.

Redaksi TNCMedia

Support media ini via Bank Rakyat Indonesia (BRI)- 701001002365501 atau melalui Bank OCBC NISP - 669810000697

Posting Komentar

Silakan Berkomentar di Sini:

Lebih baru Lebih lama