Kebohongan JIL, Mengubah Artikel Sendiri, lalu Menuntut Orang Lain yang Mengutipnya

Ceritanya begini. Pada suatu saat yang berbahagia, JIL menugaskan Guntur Romli untuk mewawancarai salah satu panutan JIL yang paling terkenal, yaitu Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Arah wawancaranya kira-kira adalah untuk mencari dukungan (atau fatwa) dari Gus Dur untuk bersama-sama menolak RUU APP dan berbagai Perda yang ‘berbau-bau syariat Islam’. Hasil wawancara itu kemudian dirilis dalam bentuk tertulis di situs resmi JIL.


Dalam wawancara tersebut, Gus Dur mengatakan (sebagaimana tertulis dalam situs JIL tadi) bahwa Al-Qur’an adalah Kitab porno. Contoh ayat yang dinilainya porno adalah ayat tentang ibu yang menyusui anaknya. Gus Dur bahkan menyebut Al-Qur’an sebagai Kitab paling porno sedunia.

Dalam waktu singkat, banyak orang langsung bereaksi terhadap hasil wawancara tersebut. Salah satunya adalah saya sendiri, dan tanggapan pribadi saya atas pernyataan-pernyataan Gus Dur tersebut saya tuangkan dalam artikel saya yang berjudul “Lucunya Gus Dur”. Selain saya, banyak juga yang telah menganalisa hasil wawancara tersebut dan memberikan tanggapan terhadapnya, antara lain majalah Hidayatullah dan koran Duta Masyarakat.

Tidak terlalu lama, tiba-tiba saja muncul ‘serangan balik’ dari pihak pendukung Gus Dur dan JIL. Guntur Romli sebagai pewawancara pun angkat bicara di majalah Tempo. Menurutnya, Gus Dur sama sekali tidak pernah menyebut Al-Qur’an sebagai Kitab paling porno sedunia. Sebaliknya, Gus Dur justru menegaskan bahwa di otak orang-orang yang pikirannya selalu ngeres, Al-Qur’an pun bisa dianggap porno. Tentu saja, tanggapan ini menimbulkan tanda tanya besar karena sudah sedemikian banyak orang yang bersaksi bahwa transkrip wawancara dengan Gus Dur di situs JIL benar-benar memuat penyebutan Al-Qur’an sebagai Kitab paling porno itu.

Lebih lanjut, para pendukung Gus Dur pun kemudian berjuang menuntut ganti rugi milyaran rupiah kepada koran Duta Masyarakat atas ‘berita bohong’ yang disebarluaskannya. Tentu saja hal ini mengejutkan banyak pihak. Benarkah Gus Dur difitnah? Benarkah para pengkritiknya itu salah lihat? Saya sendiri sempat dihujani komentar oleh salah seorang pendukung Gus Dur dan dituduh telah melakukan provokasi, bahkan dianggap telah melakukan kefasikan.

Keadaan semakin berlarut-larut dengan kejadian di Purwakarta, di mana Gus Dur konon diusir oleh massa dari ormas-ormas Islam ketika sedang berbicara dalam sebuah forum diskusi lintas agama. Alasannya, katanya, karena Gus Dur menyebut ormas-ormas Islam tersebut sebagai ‘preman berjubah’. Akibat dilansirnya berita ini oleh berbagai media massa, maka para pendukung Gus Dur pun bereaksi persis ketika Gus Dur hendak dilengserkan dari kursi kepresidenan dahulu. Semuanya marah dan siap berkelahi.

Setelah itu, berita pun menjadi simpang-siur. Ada saksi yang berkata bahwa Gus Dur sama sekali tidak diusir. Yang terjadi sebenarnya (menurut saksi tersebut) adalah Gus Dur ‘melarikan diri’ setelah seseorang menanyakan padanya (dalam forum diskusi tersebut) mengenai ucapannya yang menyebut Al-Qur’an sebagai Kitab paling porno sedunia. HTI – sebagai salah satu ormas Islam yang dituduh telah mengusir Gus Dur – menggugat Koran Tempo karena telah menyebarkan berita bohong tanpa verifikasi sama sekali. Yang mengejutkan, akhirnya malah Gus Dur sendiri yang bilang bahwa dirinya tidak diusir oleh siapa pun.

Kembali pada permasalahan utama : benarkah Gus Dur telah menyebut Al-Qur’an sebagai Kitab paling porno sedunia? Gus Dur bilang tidak, Guntur Romli juga bilang tidak. Sekian banyak orang bersaksi bahwa Gus Dur memang pernah berkata demikian, sesuai dengan transkrip wawancara di situs JIL.

‘Keajaiban’ terjadi ketika tidak berapa lama kemudian semua mata kembali tertuju pada titik awal dari semua masalah ini, yaitu situs JIL. Ketika dicek kembali ke transkrip wawancara yang dimaksud, ternyata pernyataan kontroversial tadi menghilang tanpa jejak. Apakah para pengkritik Gus Dur (termasuk saya) memang memiliki mata yang benar-benar tidak dapat diandalkan?

Dalam hal ini kita berutang budi pada saudara Harry Sufehmi. Dalam salah satu jurnal di blog-nya – yang kemudian menyebar dari milis ke milis – ia menunjukkan sebuah tindak kebohongan luar biasa yang menipu banyak orang dan memicu begitu banyak fitnah. Akar dari semua permasalahan ini adalah kebohongan JIL, sesuai perkiraan banyak orang yang telah bereaksi keras terhadap hasil wawancara Guntur Romli terhadap Gus Dur tadi.

Saudara Harry Sufehmi melakukan proses pencarian melalui archive.org dan google.com, namun database pada situs-situs tersebut telah di-update, sehingga sama sekali tidak menunjukkan penyebutan Al-Qur’an sebagai Kitab paling porno sedunia. Pencarian tersebut kemudian membuahkan hasil ketika Harry Sufehmi melakukan pencarian melalui yahoo.com. Ternyata, yahoo.com ketika itu belum meng-update database-nya sehingga masih terlihat jelas ucapan Gus Dur yang kontroversial tersebut. Karena khawatir temuannya akan segera ‘berubah’ ketika yahoo.com memperbarui database-nya, maka ia pun menyimpannya dalam bentuk screenshot (jika tidak bisa dibuka, klik disini).

Sekarang, jelaslah kebenarannya. Para pengkritik Gus Dur jelas tidak salah, karena mereka telah merujuk langsung pada situs resmi JIL. Kalau memang benar Gus Dur tidak pernah menyebut Al-Qur’an sebagai Kitab paling porno sedunia, maka sewajarnyalah ia (dan para pendukungnya) menuntut JIL trilyunan rupiah, bahkan kalau perlu sampai bubar saja. Kalau benar JIL telah memfitnah Gus Dur, maka saya yakin para pengkritik ucapan Gus Dur tadi (termasuk saya) akan berbalik arah mendukung Gus Dur habis-habisan untuk menggulung JIL.

Saya akan menutup uraian ini dengan mengutip kalimat terakhir dalam salah satu jurnal di blog saudara Harry Sufehmi yang ditujukan kepada JIL dan para pendukungnya : “Mengubah artikel sendiri, lalu menuntut orang lain yang mengutipnya – wow that’s REALLY low.”

Ya, memang serendah itulah perbuatan JIL dan kawan-kawan seperjuangannya. Jika Anda merasa siap menjual seluruh harga diri, bolehlah membela mereka.

SUMBER

Posting Komentar

0 Komentar

Below Post Ad