ISTRI POSESIF (Kisah Tak Terucap-5)



Cerita:  Oce Satria

Mahkamah Konstitusi sudah sejak lama mengabulkan gugatan parliementary threshold 20 %. Sehingga semua partai politik boleh mengusung sendiri calonnya.  Untungnya jumlah parpol makin ke sini makin menyusut. Seleksi alam membuat jumlah parpol hanya bertahan tiga saja. Dulu zaman Atukku, tahun 2024 parpol bejibun. Sampai 20an lebih. "Bikin eneg," kata Atuk Karit.  Kini tak hanya parpol, amandemen UUD  juga sudah menambahkan aturan bahwa ormas dengan anggota 10 juta boleh ikut pilpres. 

Dan Pak Gabrin, papa Oceana, entah genderuwo mana yang menghasut beliau hingga tiba-tiba mau nyalon walikota. 

"PPP PBB yang minta papa nyalon," kata Oceana. PPP-PBB adalah Partai Persatuan Pemuda Pembangunan Bener Bener, yang dibentuk anak-anak muda.

"Pertanyaanku, kenapa kamunya malah menentang?"   sahutku.

"Ini karena mama."

"Mama? Kenapa? Mama mau nyalon juga?"

"Bukaaaan...! Kamu tau kan, mama itu posesif. Cemburuan. Mama ga mau Papa sibuk ngurusin orang, takut Papa abai sama Mama."

"Aku gak tau kalau mamamu posesif. Wong aku gak pernah kenal..."

"Iyaaaa...maap..."

"Trus?"

"Kamu tau kan mama itu kalo mau tidur selalu wajin dikelonin papa....."

"Soriii...... Apalagi yang ini, kapan aku pernah liat doi berdua tiduran..."

"Upsss...maap, maap. Sori aku asal nyeplos aja. Maksudku, asal kamu tau, mama itu begitu, orangnya manjaan....."

"Padahal udah mau sepuh...."

"Baru juga 55an.....belom tuaaaa!" 

Hmmm...Jadi, masalah cuma itu. Hanya soal perasaan si mama yang takut disendirikan. Takut suaminya gak romantis lagi karena kepalanya pusing mikirin warga.

"Sesepele itu penyebabnya?" tanyaku sambil menyeruput sisa teh es yang sudah membening.

"Heii....kamu kira perasaan perempuan itu persoalan sepele? Kamu salah. Pemicu terbesar kekacauan di dunia karena pemimpin dunia mengabaikan perasaan perempuan.  Salah satu penyebab korupsi juga karena perasaan perempuan. Salah satu pertimbangan dosen pembimbing memutuskan memberikan nilai juga karena mempertimbangkan perasaan perempuan..."

"Itu kan asumsi kamu aja... Belum tentu juga benar.."

"Serah deh. Aku ngomong berdasarkan analisa fakta."

Kulihat bagaimana Oceana menceritakan soal papa mamanya, tampaknya ia benar-benar mencemaskan masa depan kedua orangtuanya. Tampak dari air mukanya. Wajahnya sedikit menegang, pipinya memerah, matanya berapi-api. Tapi makin ia cemas, makin ia bikin gemas. Makin ia marah, makin  aku bergairah.  

Tapi, kalau benar seperti yang dikatakannya bahwa mamanya posesif, cemburuan dan manjaan, jangan-jangan Oceana juga memiliki sifat seperti itu. Hmmm....kikira ntar kalau aku benaran jadian sama dia, dan beneran ijab kabul, aku bakal tahan gak ya menghadapi dirinya?

Misalnya, andai aku beneran kelak jadi suami Oceana, apakah aku akan tahan lama-lama menghadapi sifat-sifat seperti itu. Kalau dia posesif apakah aku nanti tak bebas beraktifitas di luar? Dan kalau pun bisa apakah Oceana akan ngintilin aku terus kemana-mana? Ntar kalau aku reunian  SMP atau reunian teman ngaji di TPA apakah dia bakal nimbrung juga? 

Kalau beneran Oceana mewarisi sifat cemburuan mamanya, ntar kalau kami  jadi suami istri, apakah Oceana bakal menginspeksi tiap hari laman Whatsapp, IG dan medsosku? 

Ntar kalau Allah menjodohkan aku dengan putri Ketua Yayasan Sekolah ini, apakah tiap malam aku harus hadir di rumah, di kamar mengantar dia tidur, lalu mengusap-usap tangannya atau pinggulnya sampai ia terlelap? 

Apakah istri Pak Gabrin seperti itu selama 25 tahun pernikahan mereka?

"Heiiii....jangan melamun...! Suara Ana membuyarkanku.

"Ah, aku gak melamun. Aku lagi nyari solusi masalah ini..."

"Beben, aku ga minta kamu nyari solusi. Aku hanya mau curhat dan ngajak kamu ikut skenarioku."

"Skenario?"

"Ya, aku tau kamu jago nulis, hobi naik gunung dan pinter..."

"Aiihhh...segitu perhatiannya kamu.."

"Iiiiihh, jangan ge er ya.. Itu kan fakta kamu. Semua orang juga tau."

"Trus..trus...apalagi yang kamu tahu tentang aku?"

Aku mulai semangat. Meski ia ngaku itu fakta umum, tapi setidaknya itu indikasi bahwa Oceana selama ini mencatat hal ikhwal tentang aku. Aku senang. Dan agak ge er memang.

"Kamu tipikal penyabar."

"Itu fakta umum juga?"

"Gak, aku simpulkan sejak kemarin sampai detik ini."

Fix! Oceana perhatian padaku. 
Uhuuuiiiii......

Oceana kemudian menceritakan skenario penggagalan pencalonan papanya jadi walikota. Aku serius menyimak. Sambil menikmati keseluruhan aura kecantikan alami yang ia miliki.


Next...


gambar diolah dari google
Redaksi TNCMedia

Support media ini via Bank Rakyat Indonesia (BRI)- 701001002365501 atau melalui Bank OCBC NISP - 669810000697

Posting Komentar

Silakan Berkomentar di Sini:

Lebih baru Lebih lama