Oce Satria
APABOLEH bikin, keseharian kita kini harus dilingkup dalam bejibun grup. Grup-grup di dunia nyata dan grup-grup di media sosial. Ada puluhan WhatsApp grup di mana kita menjadi membernya.
Itu tandanya kita makluk sosial, zoon politicon. Tandanya kita menjadi orang baik karena ada banyak orang yang bermurah hati memasukkan kita ke berbagai grup. Itu namanya rezeki. Pergaulan sosial adalah rezeki yang harus disyukuri.
Risikonya, kita harus siap-siap menerima ratusan notif sepanjang hari. 24 jam non stop, perbincangan di grup WA hilir mudik membanjiri HP. Dan bagi yang punya HP dengan spek RAM kecil, lalu lintas chat di WA grup sedikit membuat HP melambat. Lemot.
Gak apa-apa.
Bayangkan. Fenomena pergrupan WhatsApp ini sepertinya sudah jadi keniscayaan. Jarak dan waktu diperpendek dengan berkomunikasi dan bergaul melalui WAG.
Kita, misalnya, pertama-tama akan menjadi grup WA keluarga (yang anggotanya orangtua dan anak-anak) Grup WA keluarga ini terbagi seven pula. Ada pula namanya Grup khusus anak saja. Ada grup khusus Ayah dan Bunda saja (anggota nya berdua doang😀).
Masih di lingkup keluarga, bisa jadi ada pula grup khusus menantu, grup WA Sumando, grup WA Mamak Rumah.
Lalu di luar itu mungkin ada grup WA khusus Kemenakan Angku Datuk, grup WA kaum persukuan.
Kalau kita tinggal di wilayah perRTRWan, nah ada pula grup WAnya. Grup RT, grup komplek perumahan sampai grup pengurus RW. Grup WA pengajian, grup WA arisan emak-emak.
Itu di lingkungan terkecil. Kalau Anda bekerja di sebuah organisasi profit (perusahaan, kelompok usaha dsb) maka ada namanya grup WA karyawan. Kalau Anda masuk di jajaran manajemen nah itu ada lagi grupnya yang terbagi nenurut divisi masing-masing: Grup WA keuangan, Grup WA omset, Grup WA pemasaran, Grup WA penagihan dst...dst.
Sampai di sini jumlah grup WA yang kita ikuti mungkin sudah tiga puluhan, dan itu aktif sepanjang masa, baik obrolan serius maupun perang stiker. 🤣
Karena kita adalah alumni dari berbagai jenjang pendidikan, maka, apa boleh buat, mau tak.mau kita wajib ikut jadi anggota grup alumni sekolah. Mulai dari grup WA TK, grup WA alumni SD, Grup WA alumni SMP, grup alumni SMA/STM/MAN, sampai grup kelas waktu SMA. Untuk alumni perguruan tinggi, kita juga akan menjadi anggota grup WA alumni universitas, Grup WA alumni fakultas. Dan karena kita telah menyebar di perantauan, maka ada pula grup WA alumni kampus chapter provinsi anu atau kota anu.
Cukup? Belum. Kalau kita akan berkegiatan maka secara insidentil akan ada grup WA panitia,
Bahkan dalam sebuah grup alumni, juga ada grup2 khusua yang anggotanya orang-orang tertentu yang dibuat khusus untuk misi tertentu atau pun bersenda gurau, karena di "Grup Gadang" terlalu banyak aturan: ini gak boleh itu gak boleh. Nah di grup rahasia ini, Anda bebas berkelakar jungkir balik.
Selesai?
Belum, gaess...
Karena kita makluk sosial, maka masing-masing kita akan punya hobi dan minat khusus. Nah urusan ini satu pula biliknya. Pokoknya harus dibuat grup WA yang isinya membahas satu topik. Ada grup WA politik, grup WA anggota parpol. Grup WA tim sukses, grup WA traveling, grup WA pengggemar berat Kalio Jariang, atau grup WA pengguna Mio J.
Pokoknya bejibun. Hidup kita dikepung grup WA. Ada grup dalam grup😂. Macam-macam.
Nah, risiko lain, fakta di lapangan (kok lapangan sih?) sebagian orang ada yang selow menghadapi percakapan grup, ada yang mudah terainggung gegara ada yang garahnya kasar mulu. Mending lep deh. Begitu akhirnya. Biasnya, anggota grup akan sedih dan merasa tak enak hati kalau ada anggota yang left group. Brasa bersalah. Apalagi kalau left-nya nggak pakai kulonuwun dan basa-basi dulu.
Begitulah. Apalagi sejak FB, IG dan WA dipersatukn oleh Meta, segala isu dari tiga penjuru itu akan bermuara di Grup WA menjadi perbincangan yang heboh, yang ujung-ujungnya bisa jadi menjadi biang pertengkaran dan permusuhan.
Tapi apa pun itu, tetaplah mengusung motto: BERANEKA GRUP TUNGGAL WA. JAGA PERSATUAN DAN KESATUAN. WASPADAI ANASIR2 YG AKAN MEMECAH BELAH KONSENTRASI PEKERJAAN DAN IBADAH.
Gimana Gaess? Ada suaii?
Taman Bunga 14622