1. KENAPA hujan selalu membawa kita pada kenangan? Karena biasanya hujan mengurung kita dalam genangan ingatan. Memori dan hujan memang berjodoh. Tanpa hujan kenangan terasa biasa-biasa saja. Mainstream.
2. Patutlah kita paham bahwa ternyata Allah Swt selalu Maha Baik dalam setiap keadaan. Rupanya dugaan kita tentang hal apa pun yang tampak dan terdengar tak serta merta benar. Selalu ada sisi baik dan tanda kemurahan Allah. Misalnya, seseorang yang kita duga sombong, ternyata enggak. Seseorang yang kita kira cuek, ternyata malah pedulian. Kita mengomeli hujan, ternyata gegara hujan kita menyalakaan "api unggun" dan bersama-sama mengelilingi menikmati hangatnya
3. Seperti bunyi status seorang netijen belum lama ini: "Sama dengan aku dan kamu. Hakikatnya tak ada yang berubah..." , nah perjumpaan dengan teman lama setelah berpuluh tahun, pun begitu. Temyata tak ada yang berubah. Entah itu teman SD, sahabat waktu SMP, kawan-kawan seletingan SMA, dan konco-konco seangkatan kuliah. Teman-teman kuliah misalnya, masih seasyik dulu.
Atau misalnya ketika mengikuti sebuah acara reuni sekolah suatu ketika. Mumpung pas jadwal lihat orangtua, sekalian ikut reuni setelah was-was dengan kondisi kesehatan yang sulit diduga yang melanda dunia.
Tertera di spanduk, masa keterpisahan: 3 Dekade. Sangat lama.
Biasanya saya menduga, nanti kalau berjumpa teman-teman SMA yang sudah 30an tahun terpisah, pastilah susah memgenalnya. Wajah mereka berubah, fisik mereka berubah, cara bicaranya bakal susah dikenali, gak seperti dulu lagi. Pasti pada jaim.
4. Benar, di awal-awal perjumpaan kita lupa dengan banyak teman lama. Kita mengira-ngira dalam hati,
"Siapa dia? Kek pernah jumpa...

."
"Itu yang tinggi besar itu siapa yaaa......hmmm tunggu....

"
"Ndeh....raso2 pernah sobok jo paja ko.......

"
"Itu si Karit yang semrawut dulu kan, ya? Koq dia jelekan sekarang? Masa sih itu dia?

"
5. Setelah dipikir-pikir, ternyata tak ada yang berubah. Saya baru tahu soal ini kemarin. Pertama berjumpa lagi, benar kita mengira kawan sekolah telah berubah dan sulit dikenali. Mungkin karena surprise dan kita pangling. Ditambah lagi perubahan fisik manusia memang tak terhindarkan. Apalagi usia Jelita & Lolita.
6. Namun setelah kemudian mengobrol dan berinteraksi berjam-jam, saya bisa memastikan bahwa tak ada yang berubah. Wajah mereka yang terlihat sekarang persis sama dengan wajah mereka masa sekolah dulu. Suaranya, suara yang dulu juga. Kurenah dan kepribadiannya juga persis seperti yang saya rasakan waktu sekolah.
Cara dia berteriak, cara dia berlari, cara cekikannya, cara dia bergarah kuda dengan teman-teman sekelasnya, sampai cara dia menarik sehelai kertas koa ketika akan coki, juga 100 persen style dia 90 an dulu.
7. Kenapa tidak ada yang berubah? Karena ingatan kita tentang sahabat lama adalah ingatan yang apa adanya. Rindu kita adalah rindu yang tak dibuat-buat. Kangen yang aseli.
Ini, betul. Mungkin kita hanya akan bingung di 60 menit awal, kita menerka reka. Tapi lewat satu jam, kita langsung ingat. Lalu tak akan merasakan beda dia yg kini dengan dia 30an tahun lalu.
8. Satu hal lagi. Ternyata jauh lebih asyik dan berkesan melihat kawan lama dalam wujud aseli dibanding selama ini liat wajahnya di layar android yang diproduksi kamera baik. Kemarin saya liat aslinya wajah kawan-kawan SMA saya. Justru lebih terasa hangat dan karib. Feel-nya lebih dapat. Karena yang alamiah, natural, genuine memang lebih menarik.
9. Meski tak semua orang sempat untuk menuntaskan kangen, misalnya foto-foto, ngobrol dsb, tapi menyaksikan sahabat lama hadir nyata di hadapan, rasanya wah banget. Apalagi aura badunsanaknya kental sekali.
Mifan 18-19 Desember 2021
APA PENDAPAT ANDA TENTANG TOPIK INI?: