Martabak, Martabat dan Pesta Pernikahan

Running text tentang pertunangan Edhie Baskoro (Ibas) dan Siti Ruby Aliya Rajasa, masing-masing putra Presiden Yudhoyono dan putri Menteri Hatta Rajasa serta berita tentang Royal Wedding Pangeran William dan Kate Middleton, ikut menyemangati Pono dan Ny Elly yang sebentar lagi akan melangsungkan pesta kawin putrinya, Ani. Dalam kesempataan kunjungan ke Medan saya menyempatkan diri singgah di rumah anak etek saya tersebut.


Bedanya, kalau Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu tidak ingin mempublikasikan prosesi pertunangan putrinya, Pak Pono dan Ny Elly justru semakin senang bila karib kerabat, tetangga dan masyarakat sekitarnya tahu dengan prosesi pertunangan yang dijalani keluarganya dan keluarga besannya.

Ia mungkin saja mengimpikan kota Medan ditutup dan diliburkan untuk mendukung prosesi pertunangan putrinya seperti yang terjadi dalam pesta perkawinan Pengeran William dan Kate Middleton pada 29 April . Perkawinan di Westminster Abbey itu memaksa beberapa bagian dari kota London akan ditutup, demi kelancaran acara dan keselamatan keluarga kerajaan dan publik. Ribuan orang diperkirakan akan berjajar di sepanjang jalan untuk menyaksikan acara tersebut.

Pedagang martabak di jalan Serdang, Medan, Sumatera Utara dengan kualitas penghidupan keluarga yang pas-pasan, tentulah Pono masuk golongan orang biasa. Sebaliknya William adalah pewaris tahta kerajaan Inggris dan Hatta adalah orang penting (menteri kordinator perekonomian dan ketua umum sebuah pertai besar pula) ternyata terpenjara oleh status sosialnya tersebut.

"Pesan dari Bapak Hatta, ini nggak boleh diliput karena sifatnya pribadi. Nggak boleh didokumentasikan," kata salah satu anggota Koramil yang yang bertugas di rumah Hatta, seperti dikutip detikcom.

Pengamanan berlapis juga digelar. Di pos satpam selepas dari gerbang utama, ada 3 anggota yang mengenakan safari hitam. Sekitar 10 meter dari pos satpam juga dijaga 3 orang safari coklat. Ribet, dalam pandangan lugu rakyat jelata. Ya, semakin penting kedudukan seseorang justru membuatnya sangat terkungkung. ternyata jadi orang penting itu repotnya setengah mati.

Yang agak memperihatinkan pada pak Pono adalah, pungli, uang pelicin dan suap kecil-kecilan menyertai proses pengurusan pernikahan putrinya. Ia harus membayar lebih dalam setiap pengurusan surat menyurat untuk melengkapi persyaratan. Bahkan untuk memboyong Tuan Kadi (sebuatan orang Medan untuk Penghulu nikah) ia harus menyelipkan beberapa lembar puluhan ribu. Gunanya untuk membooking Tuan Kadi pada giliran pertama, karena dalam sehari si Tuan Kadi punya agenda 3 sampai 4 pasangan yang akan dinikahkan. Meski begitu, Pak Pono senang dan tidak terlalu mempermasalahkan hal itu.

Pedagang Martabak pastilah diam-diam tetap memelihara mimpinya untuk menjadi orang penting bermartabat dan menggelar pesta besar-besaran untuk putri kesayangannya.

Posting Komentar

0 Komentar

Below Post Ad