Martabak Kupang Vs Martabak Kubang




BEBERAPA hari sebelum Pak Bambang menghadiri peringatan Hari Pers Nasional di Kupang, saya ngacir duluan ke sana. Bukan untuk mempersiapkan acara -- karena memang tak ada sangkut-pautnya urusan presiden dengan kegiatan saya -- tapi karena ada agenda sendiri.

Soekarno-Hatta - Juanda - El Tari saya tempuh dalam waktu tidur yang lumayan pulas. Sore pukul empat saya sampai. Mas Nengah Pustaka, teman saya sudah menunggu.

Karena perjalanan panjang dan cukup melelahkan, saya langsung putuskan istirahat di Hotel Astiti di Jalan Jendral Sudirman. Matikan tivi, nikmati musik dari Radio Swara Timor di 90.1 FM. Aktivitas dimulai esoknya.

Menikmati Kupang tentu saja harus menikmati ikan bakar dengan sambal khas Kupang. Ikannya berukuran besar-besar tapi dengan harga yang relatif murah. 

Saya ditawari mencoba daging se'i, yaitu daging yang diasap dan dicampur susu, garam dan rempah-rempah. Tapi karena susah membedakan mana daging sapi atau daging babi, saya cari aman saja. kapan-kapan deh!

Yang pasti juga enak adalah jagung bose. Makanan ini adalah hasil olahan jagung dan sayuran ditambah kacang hijau atau kacang tanah. Kalau istilah Pak Bondan; Top markotop surotop! Begitulah kesimpulannya.

Tapi saya sempat kecele juga. 
Malam-malam karena nggak bisa tidur, saya ke seberang hotel, ternyata ada penjual martabak telor alias martabak mesir. Tapi berbeda dengan martabak telor yang biasa kita pesan di Martabak Kubang, martabak telor kupang ternyata tanpa kuah. Waduh! Padahal yang saya suka dari martabak telor justru kuahnya ketimbang martabaknya! Ini namanya Martabak Kupang Vs Martabak Kubang

O ya, cerita soal angkot, mungkin agak mirip dengan ciri khas angkot di Padang, di sini angkot (masyarakat di sini menyebutnya "bemo") juga layaknya toko musik berjalan. Speaker sub woofer besar berada persis di bawah bangku penumpang, Suaranya tentu bisa memecahkan gendang telinga dengan lagu-lagu yang disetel sesuai selera sopir. Mulai lagu pop, rock dangdut sampai lagu-lagu rohani. 

Jangan harap Anda bisa ngobrol dengan leluasa di dalam angkot. Seluruh kaca dilapisi sticker gelap, jadi agak susah melihat keluar. Untuk mengantisipasi penumpang yang terjengkang gara-gara angkot dibikin ugal-ugalan, sebuah tiang panjang ditaruh di sisi plafon angkot. (*)

Posting Komentar

0 Komentar

Below Post Ad