Luna Maya Jadi Wartawan


Oleh Eka Satria Taroesmantini

Apa yang ditulis Luna Maya sebenarnya bagus-bagus saja. Lha, namanya juga orang kesal (apalagi bagi artis setenar dia sudah keseringan mendapatkan situasi dimana darah sering naik ke ubun-ubun), apapun bisa terlontar dari kedua bibir.


Barangkali jauh sebelumnya Luna sudah acap kali diburu para jurnalis gossip yang kadang-kadang memang bikin kesal. Selain tak mengenal tempat (nongkrongin rumah orang semalaman) atau waktu (nggak peduli sang artis lagi mumet dan mau istirahat) para wartawan pun mengepung sang artis hanya untuk sekedar mendapatkan sepatah dua patah kata dari mulut artis bersangkutan.

Jadi, kalau ada pihak yang coba memperkarakan Luna dengan alasan penghinaan, boleh jadi itu dianggap keterlaluan. Disebut keterlaluan karena para wartawan sendiri sering memperlakukan artis dengan cara-cara yang kurang baik. Coba kalau Luna balik mengadukan para wartawan dengan tuduhan melakukan perbuatan tidak menyenangkan, bisa juga khan?

Wartawan mungkin berlindung di balik senjata “tugas jurnalistik”. Tapi adilkah?
Bolehkah wartawan (profesi ini sama saja dengan profesi lain, yakni sama-sama cari makan alias cari nafkah) berlaku seenaknya dengan alas an tengah melaksanakan tugas kewartawanannya? Mengapa wartawan boleh mencari makan dengan memberitakan sesuatu tentang seorang artis yanag belum tentu kebenarannya alias gossip dengan cara-cara yang oleh artis dianggap mengganggu pri v asi mereka?  Benarkah karena artis tersebut seorang public figure lantas public “berhak” menggerayangi perihal pribadinya melalui tugas kewartawanan?

Ah, Luna… Coba kalau kamu beralih profesi jadi wartawan

Tags

Posting Komentar

0 Komentar

Below Post Ad