Gus Dur adalah tokoh dengan
segudang guyonan, lelucon dan ketawa. Makanya tak heran dia yang memberi kata pengantar buku humor
"Mati Ketawa Cara Rusia." Berikut beberapa guyonan Gus Dur yang mungkin
asyik untuk dinikmai.
Dai Tankap Imam
Guyonan ini disampaikan di
acara Kick Andy’s MetroTV:
"Coba saya
tanya, adakah dalil yang membolehkan seorang dai menangkap seorang imam? Tapi,
ini benar-benar terjadi di Indonesia.
Dai yang menangkap itu adalah Da'i Bachtiar (Kapolri saat itu-Red) dan yang
ditangkap adalah Imam Samudra," kata Gus Dur terkekeh.
Ada Prof di DPR
Humor tentang julukan 'prof' ini disampaikan Gus Dur saat
bertemu Wakil Ketua KPK Chandra Hamzah di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya,
Jakarta Pusat awal Desember 2009 lalu.
Gus Dur bercerita bahwa ada temannya dari kampung terpilih sebagai anggota DPR.
Setelah di DPR, teman-temannya memanggil dia dengan sebutan 'prof'. Teman Gus
Dur itu jelas heran bukan kepalang. Sebab, dia tidak pernah mengajar, bukan
dosen, tapi kok selalu dipanggil 'prof'.
"Setelah dicek ke sana-sini, ternyata prof yang dimaksud oleh
teman-temannya itu bukan profesor. Tapi, provokator," kata Chandra
menirukan Gus Dur. Chandra pun dibuat Gus Dur terpingkal-pingkal dengan lelucon
itu.
Tanah Abang
Guyonan ini diceritakan gus Dur pada salah satu episode
acara “Kongkow Bareng Gus Dur” di Radio KBR 68H, saya lupa tanggal persisnya di
tahun 2007
Gus Dur ketika satu pesawat dengan Presiden Amerika dan Perancis
saling adu kesombongan. Pertama Presiden Amerika berkata bahwa dengan
menjulurkan tangan ke luar jendela pesawat ia akan tahun di mana posisi pesawat
saat itu. Begitu ia mengeluarkan tangannya ke luar, presiden Amerika berucap:
“Saat ini kita sedang berada di New
York” Gus Dur
diam saja, hanya presiden Perancis yang bertanya, “Kok tahu?” Presiden Amerika
menjawab, “Baru saja tangan saya menyentuh patung Liberty ”
Tak mau kalah, dalam kesempatan lain presiden Perancis
berbuat hal yang sama, ia menjulurkan tangannya ke luar dan memastikan saat itu
pesawat persis di atas kotaParis. “Nih, tangan saya menyentuh menara
Eiffel…”
Tak menunggu lama, beberapa saat kemudian Gus Dur tak mau
ketinggalan, begitu tangannya diulurkan ke luar jendela, Gus Dur berkata, “Nah,
tuan-tuan, kita saat ini tepat di Tanah Abang…”
Dua presiden lainnya bertanya, “Anda tahu dari mana Gus, tak
ada menara pencakar langit di negeri Anda?”
Dengan santai Gus Dur menjawab, “Lha, ini barusan jam tangan
saya lenyap…!”
Lelaki yang selalu gatal ingin menulis, penyuka puisi. Terjun di dunia jurnalistik sejak 1988 saat menjadi kontributor Tabloid KMS Singgalang Padang. Menulis cerpen, puisi, dan artikel-artikel sosial politik di media Padang 1988-1996 sejak di SMPN Kotolaweh, SMAN1 Padang Panjang dan saat mahasiswa FH Unand Padang. Bersama beberapa penulis menerbitkan antologi cerpen antara lain: Simfoni Reuni, Resolusi, Petualangan di Alam Bebas, Aku Lagu dan Nostalgia dan Buku antologi Puisi 16 Penyair Nusantara Latifah Qolbi . Menulis buku 100 Tahun Semen Indonesia bersama sejumlah wartawan Indonesia, dan buku Pilkada dan Pandemi bersama Indra J Piliang dan Dr Ir Sujono MM. "Kilau Sungai Lelap Tidurmu" (Buku kumpulan puisi bersama sejumlah penyair Indonesia, mengenang kepergian Eril Mumtaz),
Sebuah novel berjudul Magek, Affair Tiga Dara setebal 400 halaman siap diterbitkan. Saat ini Oce Satria berkutat sebagai Jurnalis di Harian Pekanbaru MX, Klimmx.com, Pemred Tanjaknews.com, dan mengelola sejumlah blog pribadi.
Innalillahi wainnailaihi roojiuun.... Selama jalan Gus
BalasHapusAPA PENDAPAT ANDA TENTANG TOPIK INI?: