CAPRES
Dulu, Amien Rais pernah memberitahu kita tentang betapa gampangnya tugas seorang presiden. Makanya menurut mantan ‘calo’ presiden itu, siapapun sebenarnya bisa menjadi presiden. Tugas-tugas seorang presiden, katanya, sudah dihandle oleh para menteri dan staf. Amien barangkali mendasarkan pendapatnya pada realitas orde baru, di mana Soeharto menjalankan tugas-tugas dengan sangat mudah, tak ada gejolak berarti, karena genggaman kekuasaannya yang begitu ketat dan kuat.
Tapi, sekarang persoalan kenegaraan, kebangsaan dan hubungan sosial politik internasional lebih rumit dibanding sepuluh atau duapuluh tahun lalu, terutama yang sangat menguras pikiran adalah masalah ekonomi. Saling mempengaruhi kebijakan dan kondisi ekonomi setiap negara, utamanya negara maju dan yang lebih-lebih utama lagi gejolak ekonomi Amerika Serikat. Setiap negara membutuhkan seorang kepala negara yang tidak saja jago menjaga citra, tetapi seorang kepala negara yang jago mengutak-atik berbagai peluang dan kemungkinan, tantangan dan gejolak yang langsung muncul dari tengah-tengah masyarakat kelas bawah.
Kini tersedia beberapa nama yang masih bermuka lama yang berminat maju sebagai capres. Diantaranya adalah:
Sri Sultan : Meski sebagai petinggi Golkar, tak serta merta ia pasti mengantongi tiket dari loket Golkar. Makanya beberapa partai kecil serta beerapa ormas bergerak cepat meminang Sultan agar mau nyalon di pemilu tahun depan. Sultan mungkin dihormati di pulau jawa, khususnya di jawa tengah, tapi belum tentu diminati oleh masyarakat di luar jawa. Lagi pula Sultan belum punya riwayat pengalaman spektakuler.
SBY : Sebagai incumbent tentu saja peluang besan Aulia Pohan ini cukup besar. Beberapa prestasi berhasil dicapainya, seperti mengembalikan Aceh pada kondisi yang lebih baik, perdamaian dan demokrasi, hal yang tak mampu diraih Mega dan Gus Dur. Membebaskan (buat sementara) Indonesia dari beban hutang IMF, Beberapa kemajuan kecil di bidang pendidikan dan pemberantasan korupsi yang sedikit spektakuler, terbukti Aulia Pohan yang notabene adalah mertua anaknya juga tak bisa mengelak dari status tersangka dan tahanan KPK.
Namun, jangan lupa juga, back up Jusuf Kalla bolehlah disebut sebagai otak beberapa keberhasilan tersebut.
MJK : Pria kecil satu ini dikenal sebagai pribadi yang egaliter, cepat mengambil keputusan dan tentu saja tak pernah memarahi peserta rapat yang dipimpinnya. Ia adalah, seperti dikatakan Buya Syafi’i adalah Presiden Indonesia yang sesungguhnya saat ini. Hal ini tak lain adalah kemampuan manejerial JK yang praktis dan cepat merespon masalah. Peluangnya cukup besar. Saya yakin, belum diumumkannya nama jk sebagai Capres Golkar tak lain sekadar menjaga fatsoen politik belaka. Pada saatnya nanti ia akan muncul dalam formulir capres Golkar. Dan memang terbukti, dipicu oleh komentar mirik ketua Partai Demokrat, Ahmad Mubarak, akhirnya JK langsung unjuk gigi menyatakan siap jadi kapten kapal bernama Indonesia.
Megawati: Peluangnya, apalagi menurut beberapa survei, cukup besar mengalaahkan calaon-calon lain. Hanya Mega punya banyak kelemahan. Banyak target capaian yang tak mampu ia wujudkan saat berkuasa dulu.
Beberapa jenderal bisa jadi akan menjadi pemecah rombongan pertama. Namun tidak menutup kemungkinan justru salah satu dari Prabowo atau Wiranto keluar sebagai pemenang dari kontes demokrasi ini.

APA PENDAPAT ANDA TENTANG TOPIK INI?: