Silsilah Istilah The Show Must Go On



PERTUNJUKAN harus tetap berlanjut
Apa pun yang telah direncanakan atau dijadwalkan harus dilaksanakan, terlepas dari keadaan saat ini, termasuk masalah atau gangguan apa pun. Paling sering diterapkan pada bisnis pertunjukan, khususnya teater.  The show must go on.

Istilah ini merupakan kredo teater yang berasal dari abad kesembilan belas, meskipun idenya jauh lebih tua (Shakespeare menggunakannya dalam naskah berjudul Henry IV, Bagian 1, 2.4: “Mainkan dramanya”).

Namun, ungkapan ini kembali dicetuskan di arena sirkus pada pertengahan hingga akhir tahun 1800-an. Pemimpin sirkus akan menggunakan ungkapan ini untuk menenangkan penonton saat terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, seperti pemain yang terluka atau binatang yang lepas.
Pemimpin sirkus dan band berusaha menjaga agar keadaan tetap berjalan sehingga penonton tidak panik karena merupakan suatu kehormatan untuk tidak mengecewakan pemain lain dengan meninggalkan mereka saat tidak ada pemain pengganti yang tersedia.

Frasa "The show must go on" menjadi populer di dunia teater pada akhir abad ke-19 dan akhirnya menjadi ungkapan umum di Amerika. 

Ungkapan itu jarang digunakan di luar teater. Tetapi di teater, ungkapan itu merupakan kebenaran yang memotivasi, baik diucapkan dengan lantang atau tidak. 

Setiap orang yang pernah menghabiskan waktu di teater langsung akan bercerita tentang masa ketika pertunjukan hampir tidak pernah terjadi. 

Pada abad kedua puluh, istilah ini mulai dialihkan ke aktivitas lain. Jadi, E. Holding menulis: “Bisnis perhotelan seperti teater. Tidak peduli apa yang terjadi, the show must go on” (Speak of the Devil, 1941).

Di dunia musik istilah the show must go on muncul dari grup band rock Inggris, Queen. The Show Must Go On adalah sebuah lagu Queen, ditampilkan sebagai lagu kedua belas dan terakhir pada album mereka tahun 1991 Innuendo dan merupakan singel terakhir yang dirilis sebelum kematian vokalis Freddie Mercury. Lagu ini dikreditkan kepada Queen, tetapi sebagian besar ditulis oleh gitaris Brian May. Menceritakan upaya Mercury untuk terus tampil meskipun mendekati akhir hidupnya. Walau diagnosisnya dengan HIV/AIDS belum dipublikasikan tapi ada spekulasi media yang menulis bahwa Freddy sedang sakit parah. Ketika band merekam lagu tersebut pada tahun 1990, kondisi Mercury telah memburuk hingga May khawatir apakah ia secara fisik mampu menyanyikannya. May mengingat; "Saya berkata, 'Fred, saya tidak tahu apakah ini mungkin untuk dinyanyikan.'

Lagu ini pertama kali dimainkan secara langsung pada tanggal 20 April 1992, selama The Freddie Mercury Tribute Concert , yang dibawakan oleh tiga anggota Queen yang tersisa, dengan Elton John menyanyikan vokal utama dan gitaris Black Sabbath Tony Iommi memainkan gitar rithym. (Oce)

Posting Komentar

0 Komentar

Below Post Ad