Benarkah Hawa Diciptakan dari Tulang Rusuk Adam?


ADAM diciptakan lebih dulu atau manusia pertama yang diciptakan Allah dengan rupa yang sempurna elok. Dalam Kitab Qashash Al-Anbiya′, karya Ibnu Katsir: dalam Hadits tentang Isra Mi′raj, Rasulullah SAW berkata: "Ketika aku bertemu Yusuf, ternyata ia memiliki separuh dari kerupawanan". (HR Muslim)

Menurut Syeikh As-Suhaili dan ulama lain, bahwa makna separuh kerupawanan dalam hadits itu adalah separuh kerupawanan Adam AS, karena Adam diciptakan secara langsung oleh Allah SWT, sehingga tak mengherankan bila Adam demikian luar biasa. Nabi Yusuf AS memiliki separuh dari kerupawanan itu. Dan tiada satu manusia lain yang menandingi ketampanan mereka.

Selanjutnya Allah SWT menciptakan Hawa. Dalam Al-Quran, penciptaan Hawa dijelaskan melalui penciptaan manusia pertama, Adam. Ada beberapa ayat yang mengisyaratkan Hawa diciptakan dari Adam, namun tidak memerinci dari bagian mana Adam ia diciptakan.

Kata Hawa adalah nama wanita pertama, manusia kedua yang diciptakan Allah SWT. Hawa dianggap sebagai Ummul Basyar (ibu umat manusia). Secara bahasa arti Hawa adalah ′sesuatu yang hidup′ atau juga bisa berarti ′hasrat′ atau ′keinginan′. Hawa yang berarti hasrat atau keinginan adalah sebuah nama yang pantas disematkan, karena memang manusia diciptakan berdasarkan keinginan Allah untuk berkembang menjadi banyak manusia demi memakmurkan bumi, menjadi khalifah di bumi.

″Hai sekalian manusia bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kalian dari ′diri yang satu′ (nafs wahidah), dan darinya Allah menciptakan pasangannya (zawjaha), dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan wanita banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kalian saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.″ (QS. An-Nisa' :1)

″Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan daripadanya Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, (isterinya) mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhan mereka (seraya berkata), ″Jika Engkau memberi kami anak yang sempurna fisiknya (tidak cacat), tentulah kami akan selalu bersyukur.″ (QS. Al ′Arâf:189).

Meskipun Al-Quran tidak secara eksplisit menyebutkan detail penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam, banyak ulama menafsirkan ayat tersebut dengan pemahaman bahwa Hawa diciptakan dari bagian tubuh Adam, dan sebagian besar menafsirkannya bagian yang dimaksud adalah tulang rusuk.  Ada riwayat ia diciptakan dari tulang rusuk kiri Adam AS. 

Isyarat penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam diperoleh dari hadits:

″Wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, sementara yang paling bengkok itu bagian teratasnya. Jika engkau bersikeras meluruskannya, ia akan patah. Tetapi jika engkau membiarkannya, ia akan bengkok selamanya. Maka nasihatilah wanita dengan cara yang baik″. (HR Bukhârî, Muslim, Ibnu Abi Syaibah, dan Baihaqî).

Perbedaan Pendapat

Para mufassir sebelumnya seperti Al Qurthubi, Al Zamakhsyari, Al Alusi, Jalaluddin Al Suyuti, dan lainnya juga memahami dan meyakini nafs wahidah adalah Adam dan zawjaha adalah Hawa. Mereka memahami ayat tersebut berdasarkan pada hadits tentang penciptaan wanita riwayat Bukhârî Muslim dimana Ibn Katsir juga mencantumkan dalam tafsirnya. 

″Wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, sementara yang paling bengkok itu bagian teratasnya. Jika engkau bersikeras meluruskannya, ia akan patah. Tetapi jika engkau membiarkannya, ia akan bengkok selamanya. Maka nasihatilah wanita dengan cara yang baik″. (HR Bukhârî, Muslim, Ibnu Abi Syaibah, dan Baihaqî).

Hadits tersebut secara harfiah atau literal artinya, Hawa telah diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk. Apakah pemahaman hadits secara harfiah ini betul dan tepat? Mungkinkah yang dimaksudkan dan dikehendaki oleh Nabi adalah makna majazi atau metafora dan bukan makna hakiki atau literal?

Syeikh Tanthawi (ulama′/Grand Syaikh Universitas Al Azhar Kairo) telah menukil dari Tafsir al Wasith (1/837), bahwa Jumhur Ulama berpendapat, Hawa diciptakan dari tulang rusuknya Adam. Saat Adam sedang tidur, setelah terjaga ia menjumpai Hawa dan timbul perasaann cinta, sebab Hawa diciptakan dari bagian tubuh Adam sendiri.

Dr. Wahbah Zuhaili menambahkan bahwa penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam adalah untuk menampakkan kekuasaan Allah, yaitu menciptakan sesuatu yang hidup dari benda hidup yang lain, bukan dengan cara kelahiran. (Tafsir Munir 2/557). Dalam perkembangan sains diketahui bahwa adanya kesamaan antara peta genetik dan jumlah kromosom pada Adam dan Hawa.

Pesan penting yang dalam Hadits Rasulullah SAW tersebut, bukan masalah penciptaan Hawa, namun, memerintahkan laki-laki berlemah lembut dalam hubungannya dengan wanita dan hendaklah bersikap lebih bijaksana dalam berinteraksi dengan mereka, karena kekerasan tidak akan berdampak baik. Demikian juga jika membiarkannya, maka akan merugikan kedua belah pihak.

"Perempuan itu seperti tulang rusuk. Jika kamu ingin memperbetulkannya kamu akan mematahkannya". (Hadits riwayat al-Bukhârî 4889, Tirmidzi dan Imam Ahmad dari musnad Samrah bin Jundub).

Jika dianalisa dari segi bahasa, perkataaan min dalam bahasa Arab biasanya bermakna ′dari′, tetapi kadangkala juga bisa bermakna ′seperti′ (mitsl). Persoalannya, apakah yang dikehendaki dan dimaksudkan Hadits ini (Hadits yang menyebut frasa ka al-dil′) adalah ′seperti′ (mitsl) dan bukannya ′dari′?

Jika diambil prinsip dan kaidah bahwa suatu hadits bisa ditafsir dengan menggunakan hadits yang lain, maka makna yang rajih (kuat) bagi hadits itu adalah hakekat kejadian wanita seperti tulang rusuk (ka al-dil′), bukan dari tulang rusuk. Oleh karena itu, qarinah atau bukti kesahihan makna ′seperti′ (mitsl) dalam hadits ini adalah hadits sahih yang lain.

Konsepsi teologis yang menganggap Hawa berasal dari tulang rusuk Adam membawa implikasi psikologis, sosial budaya, ekonomi dan politis bagi eksistensi wanita. Terlepas dari pemahaman tentang hikmahnya, keterangan dari hadits itu secara tersirat mengasumsikan wanita sebagai ′the second creature′ makhluk kedua yang kedudukannya di bawah laki-laki.

Dalam ayat 1 Surat an-Nisa′ tersebut, ada informasi bahwa penciptaan manusia sejak awal tidak menunjukkan adanya perbedaan substansi antara laki-laki dan wanita. Kalaupun antara keduanya memiliki perbedaan maka substansi perbedaan itu tak pernah ditonjolkan. Ini mengisyaratkan, bahwa Al-Qur′an memiliki pandangan yang positif terhadap wanita.

Beberapa ulama kontemporer tidak sependapat dengan keyakinan umum itu.  DR. Abdul Ghani Shama yang pernah jadi Penasihat Menteri Wakaf Mesir berkata, "Penciptaan ummul bashar (ibu umat manusia)  Ibunda Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam adalah keyakinan yang keliru," katanya.

Menurutnya, keduanya diciptakan dari materi yang sama, sedangkan keyakinan yang berkembang selama ini adalah berasal dari israiliyat (kisah-kisah yang tidak jelas asalnya).

DR. Aminah Nuseir. Guru besar Aqidah dan Filsafat di Universitas Al-Azhar Kairo mengingatkan bahwa kisah-kisah tersebut tidak ada dasarnya semuanya adalah ’israiliyat’ yang tidak bisa dijadikan dasar.

"Banyak kisah tentang penciptaan Hawa, sebagian menyebutkan dari tulang rusuk bengkok Nabi Adam, sebagian kisah menyebutkan dari tulang rusuk lurus. Ada juga yang menyebutkan bahwa saat Nabi Adam terbangun tiba-tiba di sampingnya telah ada Siti Hawa," kata DR Aminah Nuseir.

"Akidah muslim yang benar adalah baik Adam maupun Hawa berasal dari nafsun wahidah (yang satu) yang sangat jelas dipaparkan oleh Al-Qur’an. Jadi tidak perlu ditafsirkan dengan kisah-kisah yang tidak jelas," katanya. 

Hal senada juga ditandaskan oleh pakar Muslim, Abdul Fatah Asakir. "Pendapat sebagian ulama yang menyebutkan Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam, tidak tepat, karena ia diciptakan dari jenis yang sama". 

Menurut dia, sejumlah hadis yang menjadi sandaran sebahagian ulama tentang  Hawa sanadnya (penukil hadis) lemah. Ia menyebutkan sejumlah hadis tersebut yang ia ragukan keabsahannya. 

Tetapi, ulama lain mengingatkan bahwa mereka yang tidak mengakui Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam, tidak mengerti Islam, sebab ayat dalam Al-Qur’an jelas bahwa yang dimaksud dengan nafsun wahidah adalah Nabi Adam.

"Dengan demikian Hawa dijadikan dari nafsun wahidah artinya diciptakan dari Nabi Adam lalu umat manusia berkembang dari keduanya," kata DR. Musthafa Al-Shuk’ah, anggota Lembaga Riset Islam Mesir. Ia menolak pendapat yang menyebutkan bahwa penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam adalah didasarkan pada ’israiliyat’. 

"Mereka yang mengatakan ’israiliyat’ harus takut kepada Allah," ujarnya. 

Penegasan yang sama juga dikemukakan oleh DR. Ahmed Taha, guru besar fiqh lintas mazhab. "Setiap orang yang berkeyakinan bahwa Hawa tidak diciptakan dari tulang rusuk Adam adalah keyakinan yang tidak benar," katanya.

Kelahiran Anak-Anak Adam AS

Ibnu Abbas RA berkata: ″Masa menetapnya Adam dan Hawa di surga adalah setengah hari dari hitungan hari-hari akhirat yaitu kira-kira 500 tahun dari hitungan tahun di dunia.″

Imam Tsa′labi berkata: ″Ketika Hawa hamil, janinnya seketika bisa bergerak lalu kaget dan berkata dari mana yang bergerak ini bisa keluar dariku, saat lahir maka lahirkan anak kembar laki-laki dan perempuan lalu yang laki diberi nama Habil dan yang perempuan diberi nama Layutsa.″

Kehamilan yang kedua Siti Hawa melahirkan anak kembar laki-laki dan perempuan dalam satu kandungan lalu mereka diberi nama Qabil dan Iqlima. 

Dikatakan Hawa mengandung sebanyak 20 kali, pada setiap kandungan melahirkan anak kembar laki-laki dan perempuan, maka jumlah anaknya adalah 40, terdiri laki-laki dan perempuan. Dikatakan lagi bahwa anak yang dilahirkan Hawa berjumlah 200 orang, tak pernah melahirkan satu anak dalam satu kandungan kecuali Nabi Syits. Anak cucu Adam bertambah terus selama Adam masih hidup, dan berjumlah kurang lebih 40 ribu yang terdiri laki-laki dan perempuan, dan itu ada dalam firman Allah:

″Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mengunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.″ (QS An Nisa′ (3):1)

Pertikaian Anak-Anak Adam AS

Diceritakan pada saat anak cucu Adam jumlahnya semakin banyak mereka saling bertengkar. Imam tsa′labi berkata saat Qabil sudah besar maka Adam memasrahkan padanya urusan pertanian. Sedangkan Habil yang mengurus peternakan, lalu Allah memberi wahyu pada Adam anaknya agar Iqlima dinikahkan dengan Habil dan Layutsa dengan Qabil.

Namun Qabil menolak menikah dengan Layutsa dan berkata saya tidak akan menikah kecuali dengan Iqlima karena dia dilahirkan bersamaku dalam satu kandungan dan aku lebih mencintai dia daripada saudarinya Habil. Pada waktu itu nikah saudara itu diperbolehkan untuk memperbanyak keturunan. Setelah itu maka Adam berkata wahai anakku janganlah kamu durhaka pada Allah yang telah memberi perintah padaku pada masalah ini, lalu Qabil menjawab saya tidak akan membiarkan saudaraku mempersunting Iqlima.

Lalu Adam berkata; Pergilah kamu dan saudaramu dan berkurbanlah untuk Allah pada sesuatu yang terbaik yang kalian miliki lalu letakkanlah kurban kalian lalu tunggu dan lihatlah siapa yang kurbannya diterima dialah yang lebih berhak atas Iqlima.

Mereka sepakat pergi menuju ke Mekkah lalu naik di salah satu gunung di wilayah itu. Habil berkurban menggunakan kambing pilihan, sedangkan Qobil berkurban pakai gandum yang tidak disertakan tangkainya. 

Firman Allah :
″Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): ″Aku pasti membunuhmu!.″ 
Berkata Habil: ″Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa.″ lalu Qabil berkata pada saudaranya jika kamu ambil Iqlima aku akan membunuhmu dan tak akan kubiarkan kamu ambil saudariku yang cantik dan aku pun tak akan mau menikah dengan saudarimu yang buruk rupa.″ (QS Al Maidah: 27) 


Sumber: jumrah.com, nuonline, dll

Tags

Posting Komentar

0 Komentar

Below Post Ad