Konsistensi Angkot Padang


Angkot di Sumatera Barat terkenal paling modis. Beberapa waktu lalu saya datang ke sana. Lama tak menjejakkan kaki di kota yang penuh kenangan ini, beberapa waktu lalu saya datang untuk sebuah pekerjaan.

Setelah turun dari Garuda yang membawa kami selama 1 jam lebih dari Soekarno-Hatta, saya langsung merasakan keramahannya. Meskipun langit cerah pagi itu, tapi udara terasa sejuk setelah beberapa menit lalu hujan turun.

Setelah mengikuti presentasi di Basko Hotel sekitar 3 jam, saya dan seorang teman menyusuri jalan Air Tawar -- Tabing -- Lubuk Buaya. Lalu lintas yang ramai di hari Sabtu, meskipun mahasiswa yang menjadi salah satu penghuni terbanyak di sini rata-rata sudah mudik ke kampung halaman masing-masing. Dan tentu saja seperti kebanyakan kota di Indonesia, sepeda motor menjamur. Jauh berbeda saat saya masih kuliah di sini sepuluh tahun silam.

Tapi yang tidak berubah adalah angkot. Sejak saya masih mahasiswa sampai sekarang konsistensi angkot-angkot di Padang dan kota-kota lain di Sumbar tetap terjaga dengan ciri khasnya: Modis. Mereka bersileweran di sepanjang jalan dengan tongkrongan unik, modis, sporty dan menunjukkan ciri sebagai komunitas gaul. 


Di seluruh body angkot kita bisa menyaksikan ragam warna, aneka tulisan seperti; motto, judul film, nama artis dan kata-kata nyeleneh yang lucu-lucu. Belum lagi musik yang disetel kencang. Pokoknya Asoy geboy!

Mungkin Anda bertanya, kenapa bisa demikian?

Pertama, rata-rata para sopir angkot adalah mereka yang masih berusia muda antara 20 tahun sampai 30 tahunan. Bagi mereka penampilan jauh lebih penting daripada sekedar "cari sewa". 

Kedua, ada ideologi tersembunyi orang Minang yang mempengaruhi kondisi ini; uang boleh kurang asal penampilan tetap oke. Orang lain jangan sampai tahu kondisi kita yang sebenarnya. Tampilah sebaik mungkin. Begitu petuah dari entah siapa.

Kendati banyak ditemui angkot warna-warni seperti karnaval, tapi bukan tidak ada sama sekali angkot yang tampil seadanya. Untuk golongan ini, biasanya disopiri oleh mereka yang berusia di atas 30an. Barangkali usia memang turut mempengaruhi "kegilaan" seseorang.

Satu hal yang menganggu hanyalah keleluasaan pandangan jika kita berada di dalamnya. Terutama bagi Anda yang baru datang di Padang. Dipastikan Anda akan celingak-celinguk merendahkan kepala anda untuk melihat ke depan, karena kaca mobil penuh dengan asesoris. Kalau tidak awas Anda bisa bablas alias "talongsong". Pandangan yang sempit di kaca depan sangat menyulitkan.

Tapi, selalu saja Padang dan Sumbar ngangenin. (*)

Posting Komentar

0 Komentar

Below Post Ad