Mengaji Tanpa Guru

Besar kemungkinan, penguasaan teori mahasiswa ilmu sosial era Google jauh lebih dangkal dibanding generasi mahasiswa 80an, tulis Andrinaof Chaniago di beranda facebooknya.

Apakah karena di era sekarang semua pengetahuan bisa diperoleh dengan sekali klik saja dan semakin berkurangnya intensitas seseorang dalam menggali pengetahuan sebagai ilmu?

Dalam bahasa sederhana, mungkin inilah yang disebut dengan ilmu cepat saji. Orang tak perlu bersusah payah mencari dan menggali pengetahuan dan mengunyahnya dengan cara diskusi yang lebih intens, bila perlu langsung pada maha guru.

Dengan klik yang mudah, diskusi, dialog dan pertengakaran bisa diselesaikan semuanya di layar monitor. Pilihan guru, argumen dan hasil dialog bisa diatur sesuka hati.

Seorang komentator menuliskan komentarnya atas pernyataan Andrinof tersebut:
"seorang teman lulusan Hiroshima University. pernah melakukan kajian tentang ini, saya lupa apa istilah yang dia temukan. tapi era ini sedikit menyerupai pengulangan era dimana perpustakaan menjamur di timur tengah. menurut dia, era google beririsan dengan era booming perpustakaan pada titik tidak adanya dialog keilmuan secara intens. kalo bahasa 'islamnya', mengaji tanpa guru.

Istilah "Mengaji tanpa guru" menyiratkan kualitas kajian yang dihasilkan. Karena pemilihan gurunya sesuai kemauan dan konsepsi yang sudah membentuk "rumah" sendiri dalam kepala dan ia manut pada kemauan nafsu sendiri.

Tapi, entahlah. saya sendiri hanya icak-icak saja mengomentari tema ini.Entah nyambung atau tidak, yang pasti saya hanya menuliskan apa yang saya pikirkan (status facebook 'kaleee).

Barangkali Anda lebih paham apa yang dimaksud Andrinaof Chaniago tersebut? Kalau tahu kenapa tidak menuliskannya di ruang komentar di bawah ini? Ayo doooong...!

Posting Komentar

0 Komentar

Below Post Ad