Memagari Persepsi, Ya Tentang Itu
Kalau iya, berarti anda termasuk orang yang sangat memperhatikan etika, adab atau tata karma yang berlaku antara anda dan orang-orang yang anda kenal. Anda tidak mau menulis asal-asalan tanpa memikirkan “apa dan bagaimana persepsi orang lain tentang diri anda” dari apa yang anda sampaikan.
Dari 600-an teman saya di facebook, beberapa saya dapati menulis status secara asal. Misalnya, menulis status yang rada ngeres padahal setahu saya, ia juga menjalin pertemanan dengan bapak ibunya dan saudara-saudaranya. Saya cengegesan saja membacanya sambil membayangkan diri saya jadi bapaknya atau kakaknya.
Ada juga status yang meluncur dari seseorang yang berisi kata-kata jorok, dan saya juga tahu persis teman-teman facebooknya yang sebagian adalah juga orang kampungnya, pasti ikut membaca.
Tapi soal memagari persepsi tidak serta merta membuat anda menjadi orang yang gagap dan tertatih-tatih berjalan diantara barisan gelas hiasan. Anda terlalu ketakutan gelas-gelas pecah. Maksud saya, dalam mengutarakan “siapa dan apa” kita, nilai kebebasan dan kemerdekaan tetaplah jadi panglimanya. Lagi pula ngapain memikirkan apa kata orang tentang anda, bukan memikirkan apa yang dipikirkan orang tentang buah pikiran yang anda lontarkan.
Jika isinya “baik-baik” saja, berkoar dan berteriaklah. Ungkapkan saja. Tentu anda tahu, pikiran yang cerdas berasal dari charging yang teratur. Jadi, membaca saja.
APA PENDAPAT ANDA TENTANG TOPIK INI?: