WAWANCARA IMAJINER DENGAN SOEDHARMONO, SH






Bagian pertama


SEBAGAI mantan Wakil Presiden dan terutama Ketua Umum Golkar, Soedarmono SH ternyata gerah juga membaca berita-berita di koran dan menonton kelakuan para petinggi partai yang membuat aneka statement di telivisi. Pertarungan Pilpres 2009 sudah makin dekat, namun partainya belum ketahuan juga juntrungannya. Pengalamannya berhadapan dengan DJ Naro dulu memang tak serumit ini, namun dalam setiap situasi diperlukan kepemimpinan yang kuat dengan integritas bagus.
Ditemui di sebuah tempat yang dirahasiakan,  Oce Satria  (OST) melakukan wawancara singkat dengan Soedarmono, SH (SDM). Berikut petikannya: 


OST : Pak Dhar, bagaimana Anda membaca situasi yang tengah berlangsung saat ini, terutama dalam partai Anda?

SDM: Inilah yang daripada Pak Harto menyebutnya sebagai Pengejawantahan dari Demokrasi yang tidak berlandaskan daripada Pancasila. Dan hasilnya sudah Anda lihat sendiri toh? Di sinilah pentingnya permusyawaratan, pentingnya persatuan. 

OST: Tapi langkah Pak Kalla sendiri, menurut Anda sudah tepat?

SDM: Tepat apanya? Menurut saya itulah tindakan paling bodoh dari seorang ketua Umum Golkar yang pernah ada. Belum-belum sudah nantangin SBY dengan slogan “lebih cepat lebih baik”. Itu khan ndak ada tatakrama sama sekali, seolah-olah mengejek SBY sebagai presiden yang lamban dan tidak baik. 

OST: Maksud Anda?

SDM: Harusnya peluang untuk menantang SBY sudah bisa diketahui jauh-jauh hari. Anda bisa sewa LSI, LSI Pembaharuan, LP3ES, dan bejibun lembaga survey yang ada untuk mengetahui kemauan rakyat. Lha, ini kan ndak dilakuken. Golkar merasa bisa nyaingi SBY, lalu bikin semboyan begituan. Padahal mesti diukur dulu daripada peluang.

OST: Terlalu terburu-buru?

SDM: Lebih buruk: main sradak-sruduk. Kita ini kan golongan kekaryaan, ya ndak mungkin dan ndak ada sejarahnya jadi partai penentang. Lagipula dalam sistem pemerintahan kita ndak ada itu istilah oposisi. Kita ini negara berdasarkan musyawarah toh?

OST: Bisa lebih dielaborasi, Pak?

SDM: Kolaborasi? Istilah kok ganti-ganti melulu. Koalisi. Itu yang benar! Sudah ya... saya ada agenda lain.. 
 
OST : Satu lagi Pak....

SDM: Saya mau ketemuan Pak Harto nih. Mesti ndak boleh telat.




BAGIAN 2


Setelah sebelumnya tidak setuju dengan langkah JK menantang SBY, kini Soedharmono, SH bisa mafhum setelah mendengar penjelasan JK soal keputusannya memosisikan diri sebagai capres pada pilpres 2009. Tapi Pak Dhar sedikit jengkel juga mendapatkan kenyataan bahwa penyebab JK maju lantaran penantiannya untuk dipinang SBY tak kunjung mencogok. Berikut petikan wawancara imajiner Oce Satria (OST)  dengan mantan ketua umum Golkar abad 20 Soedharmono,SH (SDM):

OST : Wajah Anda tampak sumringah sekarang. Senang kader Anda ternyata tak cemen-cemen amat?

SDM : Iya dong. Dengan memilih mencalonkan sendiri, Golkar sejatinya tetap diposisikan sebagai partai berkepribadian, bermartabat dan bermental kekaryaan di mata rakyat. Itu yang penting: di mata rakyat. Jangan dianggap lagi sebagai partai...apa you bilang? Cemen? Ah, istilah sekarang aneh-aneh juga ya?

OST : Soal pilihan koalisinya bagaimana menurut Anda, terutama pilihan figur Pak Wir?

SDM : Menyikapi daripada langkah DPP memilih mitra koalisi sebenarnya saya sedikit kecewa.

OST : Maksud Anda?

SDM : Ya, seharusnya DPP harus bekerja lebih keras mendapatkan mitra koalisi yang kuat, tidak cukup hanya dengan partai baru daripada pemilu kali ini yaitu Hanura. Akhirnya partai-partai daripada peserta pemilu yang berpeluang lolos parlementary treshold yang cukup kuat seperti partai daripada Tifatul Sembiring atau partai daripada Amien Rais lolos dari tangkapan kita. 

OST : Menurut Anda hal itu mengindikasikan apa?

SDM : Hal itu menunjukkan daripada lemahnya karakter perjuangan para kader terutama di DPP yang tidak sejak lama membaca kemungkinan seperti sekarang ini. 

OST : Tapi bukankah kendalanya adalah karena di Golkar terlalu banyak faksi dan figur, jadi masing-masing seperti kucing mengintai ikan asin, menunggu serba kemungkinan.?

SDM : Ya, itu juga salah satu faktor yang menyulitkan. Tapi begini, Sekarang Faktanya seperti itu. Oleh karenanya sangat dibutuhkan strategi yang lebih canggih untuk mencari mitra koalisi di tingkat bawah, rakyat. Itu lebih penting ketimbang Anda berkoalisi dengan parati anu, anu dan anu tapi kenyataannya di parlemen nanti juga tak bakal mewujud dengan sempurna. Di parlemen kita itu dari dulu selalu cair dan mudah dicaikan. Ndak usah khawatir daripada kemungkinan tak punya teman.

OST : Jadi sekarang?

SDM : Harus fokus merebut kemenangan. Caranya, harus memaksimalkan semua potensi. Cari dan kalau perlu bikin apa yang mungkin dilihat rakyat sebagai kelemahan dan keagagalan daripada SBY. Tapi ingat lho ya, hati-hati karena faktanya JK sendiri adalah incumbent juga toh?

OST : Ngomong-ngomong, Pak Dhar sendiri sudah pernah menggosipkan soal ini dengan Pak Harto? Siapa tahu Pak Harto punya semacam terawangan, begitu?

SDM : Soal JK sih ndaklah ya. Tapi beliau tak berhenti-berhenti tertawa ketika ngomongin tim sukses semua pasangan. Masak namanya tim sukses tapi anggotanya orang yang pernah gagal.

OST : Oh ya????

SDM : Coba you lihat tim sukses JK-WIN, anggotanya Indra J Piliang khan gagal maju ke senayan. Fadli Zon di kubu Mega-Pro juga gagal jadi anggota DPR. Di blok SBY juga ada Rizal Malarangeng yang gagal jadi capres. 

OST : Eiiit....tunggu dulu, Pak. Bilang sama Pak Harto bahwa kader beliau Indra Jaya Piliang itu memang gagal jadi anggota dewan, tapi dia sukses jadi politisi. Jangan salah.

SDM : Kok Anda yang sewot?

OST : Mestinya disemangati gitu, bukan malah diketawain.

SDM : Anda ndak usah tegang. Ingat, ini ELECTION bukan ERECTION. Jadi ndak usah ngos-ngosan mengikuti daripada sandiwara pemiru. Eh pemilu ini. Oke ya?

OST : Satu lagi, Pak. Anda memilih siapa?

SDM : Lho, lho, lho..... saya khan ndak masuk DPT toh? Saya udah ndak dapat kartu pemilih lagi....









Posting Komentar

0 Komentar

Below Post Ad