Inilah 3 Hal Paling Berbahaya Bagi NKRI




Menumbangkan orde baru dengan penuh kebencian! Begitulah semangat reformasi diawali. Dan ketika mimpi itu terwujud dengan tumbangnya "hantu" demokrasi dan kebebasan -- Soeharto -- dari bentengnya yang sangat tangguh, reformasi jadi idfentitas zaman. Ia jadi orde yang lebih baru dari orde baru sebelumnya. Tapi rupanya kita kecele.

DetikNews menengarai, reformasi yang terjadi di Indonesia ternyata juga berdampak makin banyaknya kalangan ekstrimis radikal kanan dan kiri yang membuat wajah Indonesia menjadi 'menakutkan'. Kelompok radikal kanan dan kiri sekarang sedang menikmati aktivitasnya di tengah masyarakat mainstream yang toleran dan harmoni.

Menurut Asad Said Ali, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, kelompok Islam Radikal dan Neo Liberalisme sama-sama merugikan Indonesia. Keduanya menafikan Indonesia sebagai negara besar yang lahir melalui perjuangan panjang anak bangsa.

"Satunya ingin sistem khalifah, negara Islam, dan satunya memimpikan federasi. Bagi NU Pancasila dan NKRI adalah pilihan final. Karena itu kembalikan Pancasila di tengah mainstream masyarakat Indonesia," kata Asad.

Yang juga tak kalah berbahaya adalah paham dan gerakan liberalisme dan sekularisme yang bertopeng embel-embel Islam. Disinyalir, mereka, yang dikomandani oleh Jaringan Islam Liberal (JIL) didukung oleh banyak intelektual Islam, terutama dari kampus-kampus universitas islam negeri, mendapatkan dana dari jaringan internasional dan dikhawatirkan berbau yahudi. Oleh kalangan yang kontra JIL, mereka disebut dengan nama SEPILIS (sekluarisme, pluralisme dan liberalisme).

Sementara menteri pendidikan nasional M Nuh seperti dikutip detiknews, menjelaskan mata pelajaran Pancasila akan kembali diterapkan dalam kurikulum. Namun, untuk mengakomodasi Pancasila ke dalam mata pelajaran membutuhkan waktu lama.

Perubahan PKN ke mata pelajaran yang mengandung nilai-nilai Pancasila perlu disiapkan secara matang termasuk pengadaan buku baru yang sesuai dengan kurikulum baru.

"Minimal butuh waktu satu tahun untuk mengganti mata pelajaran PKN menjadi mata pelajaran yang berisikan nilai-nilai Pancasila," katanya.

Saat ini, Kementerian Pendidikan Nasional sedang merumuskan mata pelajaran Pancasila melibatkan pusat-pusat studi Pancasila dan Budaya di universitas.

"Pergantian nama mata pelajaran PKN tidak mungkin pada tahun ajaran 2011/2012 . Cara yang bisa ditempuh menyelipkan Pancasila dalam PKN," terangnya.

M Nuh menjelaskan perumusan pendidikan Pancasila ke dalam kurikulum penting untuk membentuk karakter siswa. Untuk membentuk dan menumbuhkan pendidikan karakter ada 3 tahapan.

Pertama, menumbuhkan kesadaran peserta didik bahwa semua manusia itu sama derajatnya sebagai ciptaan Tuhan. Kedua, menanamkan rasa cinta terhadap tanah air. Ketiga, menumbuhkan kecintaan itu dengan membangun kebanggaan generasi muda melalui prestasi yang membanggakan.


Posting Komentar

0 Komentar

Below Post Ad