Ini Jawaban Kartini Ketika Hendak Dimurtadkan



BAGAIMANA Kartini merespon ajakan berpindah keyakinan dari sahabat-sahabat Belandanya? Dan bagaimana curhat Kartini soal kehidupan beragama di Hindia Belanda (Indonesia)?

Berikut kilasannya.

Pada tanggal 31 januari 1903, Kartini menulis surat kepada anak Mr Abendanon, E.C Abendanon yang banyak menumpahkan perhatiannya kepada Kartini. Dia minta pendapatnya tentang usaha Zending (mengabarkan Injil keselamatan kepada dunia-oc) yang aktif dalam bidang sosial membantu rakyat, tetapi bukan dengan maksud untuk mengkristenkan mereka. Dia berkata:

"Betapa pikiranmu tentang zending yang hendak berbuat baik kepada rakyat di pulau Jawa, semata-mata oleh karena kamauan rasa kasih. Jadi, bukan zending yang maksudnya bukan hendak mengajak orang memeluk agama Nasrani, dan yang menjauhkan semua agama daripada usahanya? Apakah salahnya usaha seperti di Mojowarno dilakukan di kota lain-lain juga, usaha yang sama sekali tiada berpanji-panji agama? Dengan demikian penduduk yang beragama Islam tidak terpaksa menjadi musuh. 

Orang Islam yang rendah pandangannya kepada orang yang tadinya seagama dengan dia, lalu melepaskan kepercayaannya sendiri memeluk agama lain. Pada orang Islam hal yang demikian itu dosa yang sebesar-besarnyalah. Dan orang Islam yang menjadi Kristen itu sebaliknya memandang rendah pula kepada orang yang tadinya seagama dengan dia itu. Oleh karena agama yang dipeluknya ialah agama orang Belanda, sangkanya dia sama tinggi derajatnya dengan orang Belanda." 

Di situ Kartini memperingatkan bahaya pemurtadan itu yang rupanya pada waktu itu sudah banyak dijalankan oleh missi dan zending. Sekali dia pernah mengeluh tentang perbuatan manusia-manusia yang pekerjaannya selalu akan menarik-narik orang untuk murtad dari agamanya, dia berkata dan mengeluh kepada Nyonya van Kol yang pernah mengajaknya untuk murtad itu.

"Selanjutnya kami maklum dan mengerti bahwa ujud semua agama ialah berbuat baik, bahwa semua agama itu baik bagus adanya. Tapi aduhai manusia, apa jadinya agama itu karena perbuatanmu?" (surat tanggal 21 Juli 1902).

Sebagai seorang yang berjiwa pemimpin dan sebagai seorang yang bersifat keibuan, dia ingin sekali memajukan bangsanya dan menyelamatkannya hingga tidak tetap sebagai bangsa yang masih 'primitif' masih 'kafir' karena belum memeluk agama kristen. Kartini berkata:

"Jika orang hendak mengajar agama juga kepada Jawa, ajarlah dia mengenal Tuhan Yang Esa, Bapak penyayang dan pengasih itu yang jadi Bapak semua makluk, orang Kristen, maupun orang Islam, Budha, Yahudi dsbnya. Ajarlah dia agama sebenarnya ialah agama yang melekat di rohani. Biarpun ia memeluk agama seperti orang Islam" (EC Abendanon 31 Januari 1903).

Kartini menghendaki kebebasan bergama. Dia ingin agar rakyatnya mengenal tuhan dari masing-masing agamanya. Setelah itu biarlah mereka sendiri menentukan agama yang cocok menurut pilihannya.

Kartini menghendaki pengajaran yang sebenarnya, bukan agama palsu yang telah diubah-ubah, dicampur-campur dengan pikiran manusia, Kartini menghendaki agama yang melekat di rohani, di hati, diimani sebagai keyakinan. Bukan agama yang hanya melekat di jasmani yang dimasukinya karena mengharapkan harta benda atau makanan pengisi perut yang sedang kelaparan. 

Agaknya kaum missi dan zending yang beroperasi di tanah Jawa  ketika itu adalah orang-orang yang tidak jujur tidak berbudi hingga membuat Kartini melaporkan perbuatan-perbuatan mereka yang menjengkelkan itu. Kepada anak muda putra dari Mr Abendanon waktu itu Kartini menuliskan laporannya dengan cara yang lebih halus dan bijaksana sekali.:

"Pendapat kami negeri Belanda haruslah kiranya mengirim orang yang beradab, pintar dan luhur budi bahasanya yang hendak bertempaat tinggal di tengah-tengah bangsa Jawa. Hidup dan berkasih seperti mereka sambil mengajarinya mengobati sakitnya, senantiasa bersedia menolong di mana perlu. Semata-mata karena kasih akan manusia." (surat 31 januari 1903)

Supaya lebih jelas lagi, dalam laporannya Kartini terpaksa harus menyimpulkannya dalam kata-kata yang pendek tetapi padat berisi harapan untuk dikabulkan:

"In't kort zendingsarbeid -- doch zonder doop". Artinya kikira, "Pendeknya, usahakanlah zending itu tetapi tanpa baptisan!". Atau menurut terjemahan Armjn Pane: "Pendek kata usahakanlah zending itu -- tapi tidak dengan menasranikan orang!"

Jadi, Kartini tidak menolak bangsanya diajar mengenal tuhan tapi hendaknya mereka diberi kebebasan memilih apa maunya. Jangan orang yang sudah beragama dikejar-kejar untuk dikristenkan. Orang yang sudah beragama Islam adalah orang-orang yang telah mengenal tuhan sebagai sesembahan, pilihannya. 

Kartini menuliskan juga keluhannya kepada sahabat karibnya Estelle Zeehandelaar, seorang gadis keturunan Yahudi Belanda yang berpaham sosialis yang tidak senang hati Kartini terseret keagamaan Kristen, tapi dia juga tidak senang Kartini masih tetap beragama Islam. 

Tulis Kartini kepada Zeehandelaar pada 6 November 1899":

"Ya Tuhanku, adakalanya aku berharap alangkah baiknya jika tidak ada agama itu, karena agama yang sebenarnya itu harus mempersatukan semua hamba Allah. Sejak dari dahulu-dahulu menjadi pangkal perselisihan dan perpecahan, jadi sebab perkelahian berbunuh-bunuhan yang sangat ngeri dan bengisnya. Orang seibu sebapa berlawanan karena berlainan cara mengabdi kepada Tuhan yang Esa itu. Orang yang berkasih-kasihan dengan amat sangat  sedihnya bercerai-berai. karena berlainan tempat menyeru Tuhan. Tuhan yang itu juga. Berdirilah tembok pembatas hari yang berkasih-kasihan.

Benarkah agama irtu restu bagi manusia? tanyakau  kerap kali kepada diriku sendiri dengan bimbang hati. Agama harus menjaga kita daripada berbuat, tetapi betapa banyaknya doa diperbuat orang atas nama agama itu!"

Keluhan Kartini ini adalah keluhan orang yang merasa tidak puas  melihat praktik-praktik agama dan orang-orang yang selama ini dipuji diagungkan yang akan jadi contoh teladan tetapi banyak melakukan kesalahan. 

Jika masyarakat Islam melaksanakan agamanya sesuai ajaran Quran dan Sunnah, dan Kartini sendiri paham dan mengerti dengan ajaran agamanya sendiri tentunya ia tidak akan  mengeluhkan agamanya sendiri kepada wanita Yahudi Belanda itu. Sebaliknya ia tentu akan mempropagandakan keunggulan agama Islam (dakwah).


Kartini dan Pengaruh Ajaran Kristen


Jika kita teliti benar buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" dapatlah kita menemukan bekas ajaran-ajaran Kristen yang digunakan Kartini. 

Hal ini bisa kita pahami sebab sahabat-sahabat pena Kartini semuanya adalah orang-orang Belanda yang beragama Kristen dan tokoh di agamanya. Yaitu bagaimana cara Kartini menyebut tuhan, dia meniru orang-orang Belanda tanpa sengaja. Tetapi hal ini tak lain karena Kartini juga kurang pengetahuannya tentang agamanya sendiri, Islam.

tentang pengetahuannya ini sekali lagi ia menceritakannya kepada sahabatnya EC Abendanon (15 Agustus 1902):

"Kami namanya orang muslimin karena kami turunan orang muslimin. Dan kami namanya saja orang muslimin, lain dari pada itu tidak."

Itulah sebabnya dia dalam beberpa hal tentang puasa, perkawinan, poligami, pergaulan antar putra putri, membaca Alquran, sering dikejutkan dengan pendapat-pendapat Kartini. Terutama soal-soal yang gaib, pendapat Kartini memang bisa menjengkelkan. Boleh jadi Kartini sebenarnya sedang menilai atau menceritakam cara sebagian besar umat Islam yang rendah keislamannya. Misalnya d mana soal "ketuhanan" dia pernah menulis:

"Tuhan kami ialah hati sanubari kami. dan surga ialah sanubari kami. Bila kami berbuat salah maka sanubari kami menghukum kami. Bila kami berbuat baik maka sanubari kami memberkati kami."

Kemudian ia melanjutkan:

"Tuhan Allah bagi kami hanya semata-mata kata seruan, sepatah kata bunyi yang tiada artinya dan rasanya."

Dalam buku "Habis Gelap terbitlah Terang" yang merupakan kumpulan surat-surat Kartini kepada sahabat-sahabat Eropanya dia banyak menceritakan atau menyebut-nyebut nama-nama tokoh Kristen yang ia baca. Hanya satu tokoh Islam yang isa sebut-sebut yakni H Agus Salim.

Apakah guru-guru agamanya dimana ia pernah belajar mengaji dulu tidak pernah menceritakan tentang sejarah Islam, terutama sejarah nabi Muhammad SAW dan pahlawan-pahlawan Islam lainnya?

Atau barangkali Kartini telah pernah menulis mengenai sejarah Islam dan pahlawan-pahlawan Islam di dalam surat-suratnya tapi tidak dimuat dalam bukunya karena telah disensor? Bukankah ada beberapa surat-suratnya yang tidak diumumkan tidak disebarkan kecuali hanya sedikit saja? Apa maksud Mr Abendanon merahasiakan sebagian surat-surat Kartini, tetapi hanya mengutipnya dengan dibubuhi keterangan "Dikutip dari surat yang tidak diumumkan"? Mr Abendanon yang berbuat demikian atau penterjemah Armjn Pane yang merahasiakan?

Kepada salah seorang sahabatnya, Dr Andriani,  Kartini menulis:

"Nyonya van Kol banyak menceritakan kepada kami tentang Yesus yang tuan muliakan itu, tentang rasul-rasul Petrus dan Paulus dan sekaliannya itu, senang hati mendengarkannya."

Tentang pengaruh Kristen dalam terminologi yang dipakai Kartini dapat dibaca melalui suratnya:

"Sekaliannya kita ini bersaudara bukan kita seibu sebapa ialah ibu bapak kelahiran manusia, melainkan oleh karena kita semunya makluk kepada seorang Bapak kepadaNya yang bertakhta di atas langit" (6 November 1899).

"Malaikat yang baik berterbangan di sekeliling saya dan Bapak yang bertakhta di Langit membantu saya dalam perjuangan dengan bapakku yang di dunia ini" (21 Juli 1902).

"..semua kita ini ialah anak kepada Bapak yang seorang itu juga kepada Tuhan yang Esa..." (20 Agustus 1903).

Namun tentang ajakan sahabatnya untuk berganti keyakinan (murtad), Kartini dengan halus menjawab.

"Senangnya hati nyonya suka mempercakapkannya dengan kami dan kami boleh memperkatakannya dengan leluasa dengan nyonya. Supaya nyonya jangan ragu-ragu, marilah saya katakan ini saja dahulu: yakinlah nyonya, kami akan tetap memeluk agama kami yang sekarang ini. Serta dengan nyonya kami berharap dengan sangatnya, moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membantu ummat agama lain memandang agama kami patut disukai."

Demikian jawaban Kartini dalam menolak ajakan sahabat dan kawan karibnya. Demikian halusnya penolakannya, dan cukup bijaksana pula, padahal dia akan dimurtadkan. Malahan dia berdoa agar dirinya diberi rahmat sehingga orang-orang Kristen umumnya dan khususnya sahabatnya akan tetap menyukainya dan agamanya.

Wallahu a'lam bissawab...


Oce Satria

Ditulis ulang kembali dari artikel "Pandangan Kartini terhadap Agama" di Majalah Panji Masyarakat No 140 Th XVI, 15 April 1974 -- 22 Rabiul Awal 1394 H.




Redaksi TNCMedia

Support media ini via Bank Rakyat Indonesia (BRI)- 701001002365501 atau melalui Bank OCBC NISP - 669810000697

Posting Komentar

Silakan Berkomentar di Sini:

Lebih baru Lebih lama