Satinggi Cakua Jaman Katumba

 

Ota/Oce

Tiba-tiba saja ingat KATUMBA dan CAKUA. Orang di daratan Jawa sana menyebut ketumbar dan kencur. Rempah yang biasa dipakai untuk memasak sayur, gulai, dan sebangsanya.

Lalu dalam percakapan dan relasi sosial  sehari-hari, kita megambilnya untuk mengganti berbagai istilah.

Misalnya "jaman katumba" untuk menyebut

zaman dahulu kala. Kenapa katumba? Mungkin karena ketumbar itu kecil-kecil. Kecil artinya belum ada apa-apanya. Itu adalah tananam dengan pohon kecil yg bisa ditanam di pot. Nama ilmiahnya, Coriandrum sativum, Kerajaannya: Plantae, Divisinya: Magnoliophyta, Familinya: Apiaceae, Kelasnya: Magnoliopsida, Ordonya: Apiales, Spesiesnya: C. sativum.

Tapi di Batak juga ada ditemukan kata "katumba". Buktinya ada lagu daerah sana yang berjudul "Si Raya Katumba"

Si Raya itu artinya menunjuk nama daerah Raya. Tapi katumba tak diketahui apa artinya. Dalam Batak Translate yg saya coba, ketika diketik kata katumba, di kotak hasil yang keluar kalimat ini 😀 "Dang adong dope terjemahan bahh"

Bagaimana dengan cakua alias kencur? Cakua juga buat urusan dapur. Mirip jahe. Dia tanaman akar dan rimpang yang ada dalam tanah. Batang dan daunnya nyembul ke atas tanah. Kikira tingginya kurang setengah jengkal. Kate, istilah orang. Amak saya dulu nanam ini dan dijual ke Pasar Bawan, Agam.

Nama ilmiahnya: Kaempferia galang, Familinya: Zingiberaceae, Spesiesnya: Kaempferia galanga; Linnaeus, 1753, Divisinya: Tracheophyta, Ordonya: Zingiberales 

Karena dia ngenek alias kate maka rangorang mengumpamakan anak-anak, orang yang belum pengalaman, newbie dan sejenisnya dgn istilah "bau kencur"  atau orang Minang menyebut "satinggi cakua".

Nah, itulah impormasi yang bisa saya resumekan sore menjelang malam ini. Mudah-mudahan ada manfaatnya. Billahi taufik walhidayah, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuuh..