Profil RJ Lino, Mantan Dirut Pelindo II yang Jadi Tersangka KPK

Richard Joost Lino, lahir pada 1953, adalah Direktur Utama PT Pelabuhan II sejak 2009. Lelaki dengan panggilan masa kecil “Manneke” (Bld: anak kecil) ini mendapat gelar insinyur (sipil) dari Institut Teknologi Bandung pada 1978. Dia memulai karirnya sebagai staf di Direktorat Jenderal Hubungan Laut, Departemen Perhubungan, pada tahun itu juga. Di sini Lino, pada 1978-1979, dipercaya menjadi manajer proyek pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok atas dana Bank Dunia. Sejak itu hingga 1990 Lino membina karir di PT Pelindo II.

Antara 1978 dan 1989 Lino memperdalam pengetahuan teoretikal dan praktikal dalam bidang keahliannya. Pada 1978 Lino menyelesaikan studinya dalam hydraulic engineering di The International Institute for Hydralic and Environmental Engineering, Delft, Belanda. Setahun kemudian, dia mengikuti kursus internasional tentang sediment transport in estuarine and coastal engineering di Coastal Reserach Centre, Poona, India. Tak berhenti di sini, Lino mengikuti senior course tentang rekayasa pelabuhan (port and harbour engineering) di Tokyo, Jepang pada 1980.

Dahaganya tentang pengetahuan rupanya belum terpenuhi. Karena itu Lino mengikuti kursus-kursus manajemen proyek pada 1981 di Virginia Polytechnic Institute and State University, Virginia, Amerika Serikat. Akhirnya, pada 1989, Lino memperoleh gelar Master of Management dari Institute for Education and Development of Management (IPPM), di Jakarta.

Dengan latar belakang pendidikan semacam ini, tidak mengherankan jika Lino, dalam jabatan apa pun, memberikan kontribusi tersendiri. Ketika bertugas sebagai Managing Director of Port Guigang, Guangxi, Cina, misalnya, dia berhasil menjalin kerja sama dengan pemerintah lokal dalam mengakuisisi sebuah pelabuhan dan menyelesaikan persetujuan jual-beli. Karena itu pula, Lino berkesempatan dan berhasil memasarkan pelabuhan Guigang kepada pemerintah Provinsi Guangdong, Hong Kong, Senzhen, dan provinsi-provinsi land lock (Yunan, Guizhou, dan Sichuan). Dalam konteks ini, Lino telah memperlihatkan kinerja internasionalnya.

Karena pengalaman dan prestasinya, Lino dipilih memimpin PT Pelindo II sejak 2009. Dalam posisi sebagai Direktur Utama, Lino menorehkan kontribusi luar biasa. Dia berhasil menambah keuntungan bersih PT Pelindo sebesar Rp1,26 triliun atau meningkat 32,92 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Salah satu penunjang keberhasilannya ini adalah kebijakan pengembangan sistem teknologi komunikasi dan informasi yang terpusat dan terintegrasi, yang dalam penilaian orang telah menyebabkan “(t)he company’s better  performance”.

Kesadarannya yang tinggi akan perlunya perusahaan punya daya kompetisi telah pula mendorong Lino untuk menganggarkan biaya pendidikan sebesar 5 juta dollar AS dalam setahun bagi kelanjutan pendidikan pegawainya. Seperti pernah dinyatakannya, “Seseorang harus tetap belajar, bekerja, dan belajar. Dengan itu dia akan mampu menggabungkan teori dan praktik dalam satu napas kinerja.”

Pada 2009-2012, Lino telah mengirim 100 pegawainya bersekolah ke luar negeri untuk meraih master dalam berbagai disiplin ilmu, seperti ke Belanda, Belgia, Inggris, Swedia, dan Cina.

Maka, tidak mengherankan pula jika Lino, bersama beberapa direktur utama BUMN lainnya, terpilih sebagai The Best Chief Executive Officer oleh majalah Tempo akhir 2012 dan Best Inovative CEO 2011 dan 2012 oleh majalah BUMN Track.

Redaksi TNCMedia

Support media ini via Bank Rakyat Indonesia (BRI)- 701001002365501 atau melalui Bank OCBC NISP - 669810000697

Posting Komentar

Silakan Berkomentar di Sini:

Lebih baru Lebih lama